Sunday, April 6, 2014

tanyalah aku, maka akan kuberitahu jawabanku..



Suatu hari, kau datang kepadaku dengan wajah berseri. Lalu kau bertanya kepadaku,
          “Apakah aku cantik?”
Dan aku menjawab dengan tegas, “Tidak.”
Senyum diwajahmu mendadak luruh...

Lalu kau bertanya akan hal lain,
          “Hmm baiklah, mungkin aku gemuk?”
Aku menyahut cepat, “Iya, tentu saja!”
Matamu mulai berkaca... Betapa jahatnya diriku...

Dan pertanyaan terakhir, kau ucapkan dengan suara bergetar,
          “Apabila aku pergi, akankah kau menjadi sedih dan menangis karenaku?”
          “Tentu tidak.” Jawabku singkat. Mencabik perasaanmu.
Seketika, tangismu pecah. Meskipun hening tak bersuara, hal itu terjadi dengan sangat memilukan... Betapa jahatnya diriku...

Dengan perlahan, kau berbalik dan mulai melangkah pergi...
                                                          Seketika, aku menahanmu...
Kemudian aku menanyaimu,
“Sayangku, apakah kau tahu yang sebenarnya, maksud dari semua jawabanku itu?”
Kau menggeleng lemah... Terlalu berat dan kebas rasanya lisan untuk berujar...

“Aku mengatakan tidak ketika kau bertanya apakah dirimu cantik atau tidak, adalah supaya kau tetap rendah hati dan tidak memamerkan kecantikanmu selain kepadaku.”
“Dan aku mengatakan iya, tentang dirimu yang gemuk, karena kau memiliki hati yang benar-benar ‘gemuk’... Kau baik, penyayang, selalu sabar pada setiap keadaan, tentu semua itu karena betapa ‘gemuk’nya hatimu...”
“Dan tidak pada pertanyaan terakhir, ketika kau bertanya apakah aku akan sedih dan menangis karena kepergianmu, karena aku memang tidak akan melakukan semua itu...
...apabila kau pergi, aku lebih memilih untuk mati...”

Untuk Sebuah Hati



Saat perasaan dua manusia bertemu.
Saat itulah aku belum menyadari apa arti takdir sebenarnya.
Aku bukan seorang penakut untuk sekedar mencari tahu.
Namun sebuah penghalang besar menghalangku.
Menghentikan langkahku. Membuat diriku ragu.
Aku takut cinta yang lain menahanku.
Membuatku harus terus melihat kebelakang.

Namun,
aku tahu tatapanmu adalah salah satu isyarat untukku maju.
Tapi, langkahku terhenti saat menyadari siapa diriku.
Aku hanyalah sebutir pasir,
sedangkan dirimu adalah sebuah bintang terindah milik langit.
Kita seharusnya tidak pernah bertemu.
Ini kesalahan fatal dari sebuah takdir.
Tetapi, mengapa semua ini terjadi?
Aku terlalu hampa untuk sekedar berkata.
Apa aku hanya bisa diam?
Diam ditempat dan tak pernah maju?
Membusuk ditempat dan menyerah dengan keadaan?
Mengapa? Semua ini terlalu rumit.

Untuk sebuah hati,
aku akan mencari tahu tentang perasaan ini.
Dan aku akan berusaha menjaganya.
Untuk sebuah hati yang terbuat dari kristal terindah.
Yang didalamnya pernah terukir nama.
Yang merupakan benda terkeras yang pernah ada.
Yang seharusnya menjadi milikku...
Meskipun aku tidak bisa, dan tak akan pernah bisa menggapaimu,
Kau akan tetap dihatiku... Hanya kaulah yang ada dihatiku...