Monday, April 20, 2015

20 April

Hidup cuma dikejar cita-cita dan harapan orang lain.

Mau berlari, ditahan.
Mau teriak, diberangus.


Bukannya mau membangkang dan melawan.
Tapi hati ini terasa dikurung.

Mau menangis,
tapi cuma aksara yang peduli perasaanku.
Semuanya selalu dianggap  sama dan sederajat.

Aduh.
Bagaimanapun juga, namanya debat bersama yang lebih tua,
pasti gak akan menang.
Bagaimanapun caranya.

Kesal.
Sedih.
Lelah.
Bercampur jadi satu.

Kalau semuanya selalu dianggap sama kuat dan sama pintar,
Kapan raga dan jiwa ini beristirahat?

Friday, April 10, 2015

Kalo bersih, kenapa risih?

"Kalo bersih, kenapa risih?"

Siang hari,
pukul 13 lewat sedikit.

Entah mengapa, aku teringat sebuah pesan dari guruku ini.
Ungkapan sederhana, yang menyentil perasaan dikala memiliki argumen dengan orang lain.
Sebenarnya memang ada benarnya.

Tapi, hal yang sama juga biasa dilontarkan tanpa tahu malu, oleh Koruptor yang tertangkap tangan.

Bukan 'bersih' sungguhan.
Tapi cuma ucapan tak tahu diri yang digunakan untuk membela diri.
Padahal, barang bukti yang terkumpul pun tak bisa dibilang sedikit.
Entah mengapa,
tapi rasanya, negara ini gak akan pernah bisa bersih,
selama pemimpinnya cuma bisa bicara.

Tapi apa daya.
Pemimpin itu menentukan negara.
Kalau pemimpinnya baik, dan bertahan lama,
pasti isi negaranya adalah orang baik. 
Sebaliknya,
andai pemimpinnya adalah penjahat, dan sedikit sekali orang yang protes,
atau bahkan yang protes justru 'diberangus',
tentu negara itu berisi penjahat.

Mengapa?

Memangnya,
siapa lagi yang memilih pemimpin?



di sini cuma ada
Pemimpin.
#RuangKosong