Sunday, June 15, 2014

aku benci ayahku.

aku dilupakan.
seringkali dengan alasan pekerjaan.

itu sudah biasa.

ayahku pergi ketika aku masih kecil.
berpisah dengan ibuku tanpa alasan yang jelas.
dan akhirnya, aku tahu alasannya.

ayahku bukan orang yang baik.
bukan salah satu orang yang pantas disebut 'ayah'.
hanya seorang pria yang menanam benih dalam rahim ibuku, dan meninggalkanku begitu saja.

demi politik, ia rela mati menanggungnya.
lisan adalah segalanya dalam politik. itu menurutku.
karenanya, ayahku sangat hebat dalam bersilat lidah.
menyusun kata, memanipulasi, memprovokasi, dan segala kegiatan persuasi.

keahlian itu menurun kepadaku.
entah aku harus senang atau menderita.

ayahku membunuh dirinya sendiri.
tidak dalam arti langsung, tapi secara perlahan.
rokok, kopi, pergi-malam-pulang-pagi,
dan segala penyebab kematian jangka panjang lainnya.

dan akhirnya, aku membenci semua hal itu.
aku membenci ayahku, dan segala hal yang berhubungan dengannya.

pada akhirnya, aku sadari,
tak ada gunanya aku membencinya.
setidaknya, ia telah memberiku kesempatan untuk melihat dunia yang fana ini.
mengenal dengan baik bajingan berjas rapi yang beraksi atas nama hati.
mengenal sahabat, teman, bahkan musuh.
menghancurkan hatiku, lantas menjadikanku kuat karenanya.

teruntuk ayah,
seorang yang mengajarkanku kehidupan secara tidak langsung.

cium rindu dariku
semoga kau tenang di sana, ayah..

0 Comments:

Post a Comment