Showing posts with label benci. Show all posts
Showing posts with label benci. Show all posts

Sunday, June 15, 2014

aku benci ayahku.

aku dilupakan.
seringkali dengan alasan pekerjaan.

itu sudah biasa.

ayahku pergi ketika aku masih kecil.
berpisah dengan ibuku tanpa alasan yang jelas.
dan akhirnya, aku tahu alasannya.

ayahku bukan orang yang baik.
bukan salah satu orang yang pantas disebut 'ayah'.
hanya seorang pria yang menanam benih dalam rahim ibuku, dan meninggalkanku begitu saja.

demi politik, ia rela mati menanggungnya.
lisan adalah segalanya dalam politik. itu menurutku.
karenanya, ayahku sangat hebat dalam bersilat lidah.
menyusun kata, memanipulasi, memprovokasi, dan segala kegiatan persuasi.

keahlian itu menurun kepadaku.
entah aku harus senang atau menderita.

ayahku membunuh dirinya sendiri.
tidak dalam arti langsung, tapi secara perlahan.
rokok, kopi, pergi-malam-pulang-pagi,
dan segala penyebab kematian jangka panjang lainnya.

dan akhirnya, aku membenci semua hal itu.
aku membenci ayahku, dan segala hal yang berhubungan dengannya.

pada akhirnya, aku sadari,
tak ada gunanya aku membencinya.
setidaknya, ia telah memberiku kesempatan untuk melihat dunia yang fana ini.
mengenal dengan baik bajingan berjas rapi yang beraksi atas nama hati.
mengenal sahabat, teman, bahkan musuh.
menghancurkan hatiku, lantas menjadikanku kuat karenanya.

teruntuk ayah,
seorang yang mengajarkanku kehidupan secara tidak langsung.

cium rindu dariku
semoga kau tenang di sana, ayah..

Friday, April 18, 2014

do you hate rain?

hujan.
sesuatu yang kusuka.

menurut sebagian orang,
hujan itu adalah hambatan.
hujan itu mengganggu aktivitas.
hujan itu hanyalah perusak.

menurut sebagian orang, yang berfikir lebih panjang,
hujan memanglah hambatan, tapi hambatan dimana kita harus bersabar menanti hujan pergi, untuk menyempurnakan sesuatu yang 'dihambat' oleh hujan itu.
hujan memang mengganggu aktivitas, tapi cobalah pikir, Tuhan mengirimkan hujan, untuk memberi istirahat sejenak bagi para pengejar dunia, supaya mereka semua bersantai sejenak, bukan untuk menghambat kinerja atau yang lainnya.
hujan memang merusak, terutama hujan kencang nan berangin, tapi, kerusakan yang dibuat hujan tidaklah seberapa dibandingkan kerusakan yang dibuat oleh manusia,
dampak sistematis yang ada? itu karena ulah manusia sendiri.
mereka serakah mengambil sumber daya tanpa bisa memperkecil kerusakan.

jadi, siapa yang bisa disalahkan?

tidak ada.
tidak ada yang perlu disalahkan.

beberapa orang merasakan kehadiran hujan,
merasakan butir-butir air menetes lembut di kening,
merasakan udara sejuk yang ditunggangi  oleh hujan,
namun, beberapa orang hanyalah merasakan basah,
hanya merasakan betapa mengganggunya hujan tersebut.
padahal, pelangi sekalipun akan muncul setelah hujan,
memberikan warna indah sebagai perpisahan dari hujan.

kalian membenci hujan?
berarti kalian membenci Tuhan.

masihkah kalian membencinya? 


18414
a silent rainy noon of Jakarta

Monday, April 7, 2014

menggapai bayangan rembulan..

Kau tercekik.
Bukan oleh tangan,
tetapi oleh nyawamu sendiri yang beranjak menguap.

Kau kuat,
tapi tak berdaya...
Bahkan ketika saat terakhirmu memegang kuasa.

Banyak orang mengenangmu dengan ucapanmu.
Banyak yang menyukai,
                                       banyak pula yang tidak.
Anggaplah saja jumlahnya seimbang.

Kau dipuja karena ucapanmu,
tapi ucapanmu pun yang membunuhmu..
Semuanya menganggapmu bulan,
karena memang itulah arti namamu..
Dirimu menerangi malam,
namun mencipta bayang atas orang yang berjuang dalam gelap..
Bak pisau bermata dua,
kau menusuk, dan di saat bersamaan kau tertusuk oleh dirimu sendiri.

kau bodoh..
itu anggapanku..
aku tak peduli lagi..

Ayah..

 _3414_