Apa kabar Ayah, wahai Tuhanku?
Dahulu,
engkau kirimkan ia,
pada Ibuku yang gadis.
Aku.
Akulah yang teranggap sebagai anak mereka.
Tapi,
bila dosa terus mengalir pada Ayahku,
dan duka nestapa menghentak Ibuku,
alangkah baiknya, engkau tak pernah mengijinkanku,
untuk lahir, wahai Tuhanku.
Hinaku,
tanpa saudara bagiku.
Menghitamkan mataku yang telah sayu.
Angkara,
Ingin ku tebas kepalanya dengan kayu.
Lantas,
aku akan menjadi Ayah bagi anakku kelak.
Tapi bagaimana nanti?
Seorang pastilah meniru,
apa yang Ayahnya perbuat.
Sedangkan aku?
Dimana Ayahku?
Mungkin semua ini,
hanyalah karena aku iri padamu.
Kau bahagia, aku berduka.
Kau tertawa, aku sengsara.
Namun, tahukah kalian?
Mengapa aku berkata begini?
Bagian ketiga:
Elegi Orang Tua - Senja Renungan
Tweet
Tuesday, December 9, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Comments:
Post a Comment