Apakah kau pernah bersyukur,
disamping mengeluh,
tentang betapa kakunya orang tuamu?
Pernahkah kau menyeka,
keringat letih Ayahmu setelah bekerja?
Yang rela mati untukmu.
Yang menangis di belakang wajahmu,
agak tak malu dirimu karenanya.
Yang tetap tersenyum,
mengabaikan betapa mengesalkannya dirimu,
saat meminta ini-itu?
Berapa kali kau menangis memohonkan ampun untuknya?
Pantaskah kau meninggikan nada bicaramu padanya?
Dengan alasan bahwa ia galak memarahimu,
kau bantah segala ucapannya.
Padahal,
ia selalu menangis menyalahkan diri sendiri,
setelah memarahimu.
"Mengapa aku marahi anakku?"
Itulah pertanyaan dalam pikirannya.
Pernahkah kau sadar,
berapa kali kau menyakiti hati orang tuamu?
Sebelum terlambat,
datanglah padanya.
Mintalah maaf dan ridhanya.
Sebab aku kesal,
karena kalian tak tahu diri,
Menyia-nyiakan waktu bakti kalian pada Orang Tua.
Tweet
disamping mengeluh,
tentang betapa kakunya orang tuamu?
Pernahkah kau menyeka,
keringat letih Ayahmu setelah bekerja?
Yang rela mati untukmu.
Yang menangis di belakang wajahmu,
agak tak malu dirimu karenanya.
Yang tetap tersenyum,
mengabaikan betapa mengesalkannya dirimu,
saat meminta ini-itu?
Berapa kali kau menangis memohonkan ampun untuknya?
Pantaskah kau meninggikan nada bicaramu padanya?
Dengan alasan bahwa ia galak memarahimu,
kau bantah segala ucapannya.
Padahal,
ia selalu menangis menyalahkan diri sendiri,
setelah memarahimu.
"Mengapa aku marahi anakku?"
Itulah pertanyaan dalam pikirannya.
Pernahkah kau sadar,
berapa kali kau menyakiti hati orang tuamu?
Sebelum terlambat,
datanglah padanya.
Mintalah maaf dan ridhanya.
Sebab aku kesal,
karena kalian tak tahu diri,
Menyia-nyiakan waktu bakti kalian pada Orang Tua.
Teruntuk Almarhum Ayah,
Terima kasih sudah mau mengenalkanku pada dunia yang rusak ini.
Ibu,
Terima kasih, atas kesediaanmu membesarkanku menjadi seperti ini,
dan bertahan sekian lama bersama Ayah.
9 Desember.
at Ruang Kosong.
Tweet