Mataku tersisa lima watt.
Tak paham sebabku,
masih bisa bertahan.
Kemarin,
kulihat rembulan duduk,
di atas kursi merah.
Kau terang,
dan membuat tenang.
Itulah dirimu apa adanya.
Awalnya tak kusangka, memang,
namun melihatmu sebegitu dekatnya,
membuat hatiku terbang.
Jiwaku meremang,
hanya karena berada di dekatmu,
yang berbalut nuansa muda.
Karenanya,
seuntai doaku, selalu kukirimkan untukmu.
Tanpa sadar, aku terpaku,
dan terpukau oleh dirimu.
Wajahmu, yang sehalus awan.
Pandanganmu, yang seteduh sinar bulan.
Pribadimu, yang melukiskan anak perawan.
Namun, yang menarik hatiku bukanlah hal-hal itu.
Sebab aku jatuh padamu,
kuatnya Agamamu,
Yang laksana Kerajaan Tak Terlawan.
8 Dec.
Tertahan, Tak Terlukis.
Itulah perasaanku padamu.
Akankah kau tahu bagaimana perasaanku padamu, Bella?
0 Comments:
Post a Comment