Monday, December 15, 2014

Hari ini Lima Puluh Tahun Lalu.

15 Desember 2014 Pada hari ini Lima Puluh Tahun Lalu, seseorang lahir. Dunia tak tahu, memang. Iya, ku akui itu. Dunia tak tahu. Dan tak akan pernah tahu, atau lebih tepatnya, dunia tidak perlu tahu. Dunia takkan kekurangan apapun, bila tak ada dia. Memang. Tapi duniaku, takkan pernah ada tanpa hadirnya. Malam mengakrabi dirinya. Seumpama Jarum Menit dengan Jarum Jam. Bekerja, dari dhuha hingga...

Tuesday, December 9, 2014

Elegi Orang Tua - Senja Renungan

Apakah kau pernah bersyukur, disamping mengeluh, tentang betapa kakunya orang tuamu? Pernahkah kau menyeka, keringat letih Ayahmu setelah bekerja? Yang rela mati untukmu. Yang menangis di belakang wajahmu, agak tak malu dirimu karenanya. Yang tetap tersenyum, mengabaikan betapa mengesalkannya dirimu, saat meminta ini-itu? Berapa kali kau menangis memohonkan ampun untuknya? Pantaskah kau meninggikan...

Elegi Orang Tua - Siang Bergejolak

Apa kabar Ayah, wahai Tuhanku? Dahulu, engkau kirimkan ia, pada Ibuku yang gadis. Aku. Akulah yang  teranggap sebagai anak mereka. Tapi, bila dosa terus mengalir pada Ayahku, dan duka nestapa menghentak Ibuku, alangkah baiknya, engkau tak pernah mengijinkanku, untuk lahir, wahai Tuhanku. Hinaku, tanpa saudara bagiku. Menghitamkan mataku yang telah sayu. Angkara, Ingin ku tebas kepalanya dengan...

Elegi Orang Tua - Pagi Beranjak

Aku dipukul. Sakit. Lantas aku menangis. Tapi, aku tidak menangis, karena sakitnya pukulan. Tak ada Ayah. Itu lebih menyakitkan dari pukulan. Tak ada yang berdiri membelaku. Tak ada yang membantuku, memperbaiki apa salahku. Tak ada yang meyakinkanku, atas apa yang ada dalam pikiranku. Dimana Ayah? Hanya Ibu seorang. Matahariku, yang mulai redup terkikis angin. Manusia paling perkasa. Pelindungku. Bermental...

Lapar

Lapar. Ketika harimau dalam perutku, berteriak minta daging. Daging. Daging? Itu bukan untukku. Itu barang mewah. Hanya bangsawan, yang biasa menikmatinya. Cambuk. Cambuk Raja. Aku takut dicambuk Raja. Tidak. Aku tidak takut Raja. Aku hanya takut, bila tubuhku yang bagus ini, terjelekkan oleh bekas cambuk Raja. Dan akhirnya, disinilah aku. Tak berdaya melawan kesombonganku. Lapar, tak berani makan. Ingin...

#nugt, pray.

Tuhanku, Allah. Aku takut akan hal buruk, yang mungkin akan menimpanya. Aku takut atas kuasa jahat, yang mencoba melawan perlindunganmu. Tolong aku, wahai Tuhanku, yang mencipta dan menguasai bumi dan langit, beserta segala isinya. Jagalah ia, Kumohon. 8 Dec.  at Ruang Kosong. Panik setelah menyadari kemungkinan terburuk....

#nugt, part 3 - sajak petarung

Amboi. Mataku tersisa lima watt. Tak paham sebabku, masih bisa bertahan. Kemarin,  kulihat rembulan duduk, di atas kursi merah. Kau terang, dan membuat tenang. Itulah dirimu apa adanya. Awalnya tak kusangka, memang, namun melihatmu sebegitu dekatnya, membuat hatiku terbang. Jiwaku meremang, hanya karena berada di dekatmu, yang berbalut nuansa muda. Karenanya, seuntai doaku, selalu kukirimkan...

#nugt, part 2 - ruang kosong

Aku melihatmu. Jelas, seperti cerahnya matahari di ufuk timur. Tampak berkilau, laksana zamrud yang tersimpan, di kantung pedagang Cina. Aku disini, hanya diam. Terbayang dirimu, yang melenggang anggun disana. Dan akhirnya, semua hadirin ini,  kuabaikan. Rasanya hanya aku yang duduk disini, dan dirimu yang duduk disana. Kita ada disini, bagai di ruang kosong. Karena, hanya kita disini. Ya, hanya...

Sunday, December 7, 2014

Rasis

Aku terjebak. Duhai durjana. Sempit, Sesak. Terjebak di antara Aborigin, Tiong, Batak, Sunda, Jawa, bahkan Timur dan Barat. Tak ada Malay. Kenapa?  Tak tahulah. Masa bodoh. Kawanku seorang Malay, pergi menghadap Tuhan. Umrah jauh di ujung mata. Tak ada pula Arya. Padahal, ada kerabatku seorang Pashtun, namun ia bercakap perkataan Arya. Tapi bagaimanapun jua, nestapa tak mempertemukanku dengan...

Tuesday, December 2, 2014

A

Entah mengapa, aku tertarik padamu. Tertarik pada halusnya senyummu yang terkembang. Tertarik pada sintalnya tubuhmu yang terpampang. Tertarik pada kerlingan matamu yang menggoda. Seharusnya aku tidak tertarik padamu sejauh ini. Lihat saja, bahkan perbedaan di antara kita sanggup menumbuhkan seorang remaja. Kau sudah tertempa, aku baru tercetak. Kau sudah mengangkasa, aku baru merangkak bumi. Entah...