Monday, March 30, 2015

Satu hal yang (mungkin) harus ditukar.

(mungkin) Yang sering terjadi adalah,

"Aku bahagia, dan karenanya aku tersenyum."
"Aku menderita, dan karenanya aku menangis."

Hal seperti inilah yang merusak kita.
Cobalah menukarnya.

"Aku bahagia, dan karenanya aku menangis."
"Aku menderita, dan karenanya aku tersenyum."

Kenapa?
Yah,
untuk jaga-jaga aja.
Supaya hati gak mudah condong ke arah yang salah.

Friday, March 6, 2015

Cantik?

Yah,
standar orang cantik itu relatif.
Mau dibuka,
mau ditutup,
sama aja.

Kalo emang cantik,
gak perlu, kan, buka-bukaan segala?

Kalo emang cantik,
mau ditutup pake kain selebar apapun,
juga gak berkurang tuh cantiknya.

Ini yang buka-bukaan malah cari alternatif.
Make perhiasan sampe gak bisa beli baju.
Halah.

Kalo udah busuk,
busuk aja.
Berlian sebesar apapun juga gak akan bisa memperindah kotoran.

Intinya,
kalo emang cantik,
buat apa dipamerin?
Emangnya dagangan?

Makanya aku suka sama kamu.
Udah cantik,
dilindungi pake agama lagi.
Sempurna deh.

#RuangKosong

Friday, February 27, 2015

Renungan Ujian Nasional.

Kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional.

Apakah benar ini kecurangan?
Menurut saya bukan.

Sistem pendidikan negara inilah yang aneh.

Coba bayangkan, (dalam hal ini sekolah menengah atas / SMA) seluruh siswa di tuntut untuk menguasai SELURUH pelajaran. Siswa yang berada dalam program IPA diwajibkan untuk menguasai SELURUH pelajaran yang berkaitan dengan IPA. Demikian dengan siswa yang berada dalam program IPS, juga diwajibkan untuk menguasai SELURUH pelajaran yang berkaitan dengan Pelajaran-pelajaran IPS, dan juga seterusnya.

Apa hal ini wajar? Apakah siswa sanggup untuk 'melahap' seluruh materi yang ada?
Belum tentu.

Karena hal ini pula, standar ukuran anak baik dan anak nakal pun berubah. Terutama di sekolah.
Anak baik adalah anak yang rajin masuk sekolah, selalu mengerjakan tugas, tidak pernah membolos, nilai selalu tinggi, bla...bla...bla...
Hal ini berbanding terbalik dengan anak nakal. Yah, tak perlulah disebutkan kriterianya.

Padahal, belum tentu semua anak sanggup mengerjakan pekerjaan rumahnya sendirian. Belum tentu semua anak bisa belajar sendiri. Belum tentu juga semua orang tua sempat untuk menemani anaknya belajar. Dan belum tentu juga semua siswa sanggup untuk bertahan dengan bimbingan belajar, dan lainnya.

Kembali lagi ke pelajaran. Coba bayangkan seorang pelajar IPS biasa, yang harus menghafal seluruh teori-teori Ekonomi yang ada. Padahal, pelajaran Ekonomi adalah rangkuman dari pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh Ekonomi di seluruh dunia. Ada ratusan ahli Ekonomi yang ada di dunia. Belum lagi si anak ini menghafalkan teori Sosiologi dan lainnya.

Itu pun baru dari pelajaran IPS. Belum lagi seorang Pelajar IPA yang harus tetap memikirkan kehidupannya dan masalah yang menerpa. Padahal masalah-masalah yang dialami belum tentu berkaitan dengan dunia sekolahnya. Ia masih harus disibukkan dengan Hafalan Tabel Periodik Kimia yang belum ia hafal, PR Fisika yang belum selesai, Praktikum Biologi yang masih menggantung, dan masih banyak hal lainnya yang HANYA berhubungan dengan sekolahnya.

Masalah yang lainnya adalah waktu belajar.
Mari kita hitung, andaikata ada 40 materi/bab dalam satu pelajaran. Ambil contoh setiap siswa sudah menguasai 30 Materi dengan sempurna. Sisanya harus ia kuasai sendiri karena ia sakit, atau lupa, dan lain-lain.\

Bila dihitung kasar, untuk mempelajari materi yang 10 ini, 10 menit adalah waktu untuk satu materi. Lalu dikali dua karena ada dua pelajaran UN dalam satu hari.

Maka:

10 Materi X 10 Menit = 100 Menit
100 Menit X 2 Mata Pelajaran = 200 Menit / 3 Jam lebih.

Bayangkan.
Setiap malam menjelang UN, seorang siswa harus menggunakan 3 Jam lebih hanya untuk mempelajari pelajaran yang belum ia kuasai. Belum lagi ia harus mengulas kembali pelajaran yang telah ia kuasai betul.

Hal-hal di atas pun baru seputar mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional SAJA. Belum termasuk pelajaran muatan lokal dan lainnya.

Hal-hal seperti ini tentu menciptakan tekanan bagi para pelajar, sehingga timbul niatan untuk 'mencari jalan lain'. Maka terjadilah pelanggaran-pelanggaran yang ada.

Seharusnya, pendidikan SMA diatur seperti Universitas saja, dimana setiap siswa bebas untuk menentukan pelajaran mana yang akan ia ambil. Apakah ia meminati pelajaran tersebut, ataukah tidak.

Sebagai renungan, seorang guru Fisika yang notabene mengajar setiap hari, mengaplikasikannya pada proses pengajaran yang ada, tentu seharusnya menguasai seluruh pelajaran. Tetapi, jamak ditemui guru pengajar lupa terhadap salah satu materi, bahkan menemui kebuntuan dalam mengerjakan soal tertentu.

Apalagi pelajar yang dituntut untuk menguasai SEMUANYA?

Tidak rasional.

Monday, February 9, 2015

9 Februari, Menanjaki Pagi.

9.15

Hujan kembali bernyanyi,
dengan percikannya,
yang menyimpan misteri,
rasa basi tanpa tanya.

Tak deras,
memang.
Tapi yang ini, sukses membuatku cemas.
Secemas Pak Tua menunggu anak gadis semata wayang.

Diajak terbang,
lantas dilepas dan dibuang.

Air hujan ini,
mirip denganku.

Tak apalah.
Selama masih ada yang bahagia,
mengapa marah?

#RuangKosong

9 Februari, Pagi Hari.

4.30

Hujan baru saja lewat.
Tapi, belum sempurna lewat.
Dingin.

Hampir saja aku kelewatan.
Testosterone berlebih membangunkan adik kecilku.
Aku teringat padamu.
Lantas batal niatku.
Tak sadar,
aku melihat potretmu yang sedang tersenyum.
Menenangkan.

Namun, satu hal yang ku takutkan,
aku takut takkan ada lagi esok pagi.
Sebuah pagi untuk mengingatmu.
Tersenyum sendiri saat bayangmu memelukku.

Aku takut,
takkan ada lagi petrichor favorit yang akan membangunkanku.
Aku takut,
kita takkan bertemu.

#nugt
#RuangKosong

Wednesday, January 28, 2015

Catatan 48 tahun bung Taufiq.

Hei, tuan!
Andai hidupmu di zaman ini,
menangiskah engkau?
lantas frustasi,
dan lekas bunuh diri?

Hei, tuan!
Zamanmu ideologi alasan berperang,
Zamanku kambing merah seratus ribuan untuk rebutan.

Pemerintah?
Tak takut pemerintah.
Ada cukong disini.

Bandit,
badut,
berduit.

Kurang tenaga,
tak ada jasa,
mati tanpa harga.

Miris,
teriris,
menangis, kencing, menangis.

Meledak kepala anjing,
cukong tak geming.
Tersentil buntut tikus,
babi membuta minta berangus.

Lempar batu,
granat menantang.

Hei, tuan!
Kirim aku tinta emas!

Apa ini, itu jatuh.
walah
bingung
kuyup

Noda.
Jas noda darah.
Terguling, bung... Terguling
Bongsor tak berisi,
kosong tembus kena biji.

Kentut.
Bau cukong mirip kentut.
bukan.
cukong bukan kentut.
cukong babi.

Latar,
menguap,
berpaling menatap,
nanar.

Melihat adik,
berlaku lonte.

Tujuh tahun,
punya anak.

Empat belas tahun,
lancar menjanda.

Keriting bulu,
bulu apa?
Bulu rekening.
Rekening gendut.
Si  gendut bau.

bau.
bau.
bau.

Sedih,
mendengar perintah,
pemerintah,
memerintah,
terhisap lintah,
menjadi nanah,

EH, SI GENDUT KENA TANGKAP!

#RuangKosong

Sunday, January 25, 2015

Turuun!

Turun.
Hampir terlupa diriku.
Selesai perjalanan baku,
selama setahun kami terpaku.

Akhirnya,
kapal kecil kami tertambat jua.
Hancur,
Tersapu ombak,
Patah sana-sini.

Namun pasti,
Hati kami berpesta hari ini!

#RuangKosong

Saturday, January 24, 2015

dear,

Hampir lupa, aku.
Pada wonder woman kehidupanku,
Pahlawan sesungguhnya,
yang tak pernah berhenti maju berjuang.
Berhati baja,
bermental Srikandi.

Maju,
cantik,
tak terganti.

Andai segunung emas disodor,
aku tak peduli.
Setan pun tak peduli.
Jangan,
Malah kau langgar.

Pengharum,
kertas,
bedak,
tak terlalu mengakrabi dirinya.

Karena ia wanita susila.

Selalu terjaga di hati,
takkan oernah pergi.

Selamat ulang tahun,
Ibu!

Mimpi jauh tak mencari

Jutek,
kilauan pesona sosialis,
jatuhan peluk orang jelek.

Kata-kata tak pernah memeluk adinda.
Yang terbang mengawang, bening laksana kaca.
Tak dinyana, aku memimpikanmu.
Indah,
terpaku pada sesuatu.

Kita berkumpul dalam mimpi,
sedang berada dalam ruang para pengaji.
Kau berbaring,
membaca buku, yang begitu memang sering.
Tergurat kebahagiaan pada wajahmu.
Ataukah hanya diriku yang terlalu bahagia bersamamu?

Jujur,
aku tak pernah berharap memimpikanmu.
Seorang permaisuri sempurna, yang tak akrab dengan kata biru.

Sedih,
sadar meniti jurang yang terbentang.
Memang terlalu beda langit bumi yang jauh beda menantang.

Rasa percaya diri,
rontok tanpa pernah peduli.

#RuangKosong

Friday, January 23, 2015

Liebster Award

Uuh...
Liebster Award? Apa itu?
Kalau dikutip dari ucapan-ucapan Blogger yang udah pernah kena semprot sama Liebster Award ini, Liebster Award adalah sejenis penghargaan yang diberikan secara berantai oleh seorang Blogger kepada Blogger lain, dengan tujuan yang untuk mempererat tali persaudaraan.So, Deep Regards to Bro Esto yang udah memberikan kesempatan untuk ikut serta di Award yang unique ini.

Rules Liebster Award

1.     Penerima award wajib berterima kasih kepada pemberi award
2.     Penerima award harus mendeskripsikan 11 hal tentang dirinya
3.     Penerima award harus menjawab pertanyaan yang diberikan oleh si pemberi award
4.     Penerima award harus memilih 11 blogger untuk menerima award ini dan juga harus memberikan 11 pertanyaan untuk mereka.

Oke,
biar gue lulus dari tantangan award ini, gue akan mendeskripsikan diri gue dalam 11 point:
1.      Mencoba untuk menguasai semua hal
2.      Language-geek
3.      Bibliophile, yahh.. intinya gue suka buku!!
4.      Music Lover
5.      Guitarist, of my own life
6.      Poet
7.      Designer asal-asalan
8.      Kamus Berjalan
9.      Jomblo
10.    Gamer, Hacker.
11.    Mencintai untuk hidup.

Terus, tantangan selanjutnya, gue harus menjawab pertanyaan dari yang menominasikan diri gue.

1. Siapa dirimu?
- Gue Gamal. Nama Lengkapnya Gamal Kevin Alega. Sulung dari tiga bersaudara yang gak suka makan benda-benda lembek seperti kulit ayam. Yahh, setidaknya gue masih bisa hidup baik-baik tanpa benda itu. Lah?

2. Dari kapan mulai ngeblog?
- Dari tahun 2014. Waktu itu bingung mau ditaro kemana puisi yang numpuk di notebook. Eh dapet ide buat nge-blog, yasudah. Terciptalah blog dengan nama "Penjahat Hati?"

3. Kenapa bisa kenal dengan dunia blogging?
- Kenal aja gitu. Kaya kalo kita ketemu sama orang yang ditakdirkan untuk ketemu, ya ketemu aja.

4. Isi blogmu apa aja? Jelaskan.
- Isinya cuma Puisi, narasi, sajak dan isi otak gue. Yahh, mungkin ada yang gak suka, mungkin aja ada yang suka.

5. Tempat makan favoritmu di mana? Alasannya?
- Rumah! Gak akan ada yang marahin kalo gak bayar. Bisa nambah sepuasnya lagi!

6. Suka travelling? Alasannya?
- Suka! Dari kecil, gue suka aja jalan-jalan ke tempat-tempat baru yang belom pernah gue kunjungin sebelumnya.

7. Cita-cita kecil yang belum kesampaian?
- Punya RC Helikopter, PS, sama punya pacar cantik. Lah?

8. Punya social media apa aja?
- Facebook, Twitter, Instagram, samaaa.... apa lagi yah? udah kayaknya.

9. Alasan memakai social media itu apa?
- Kalo Facebook itu gue perlu buat contact keluarga sama relations, Kalo Twitter itu buat ajang muntahin perasaan terpendam yang ada dalam hati, mumpung gak ada yang kenal. Dan kalo Instagram gue pake buat nge-post foto-foto hasil karya gue.

10. Arti internet bagi kamu?
- Lumayan Penting. Karena gue berkali-kali fall in love di Internet. Gue banyak belajar hal-hal yang gak diajarkan di dunia di sekitar gue dari Internet. So, thanks Mr. Worldwide!

11. Pernah blind date sama gebetan yang kenal dari social media?
- Pernah sih. Dan rasanya menjijikan.

Selanjutnya, Pertanyaan gue buat orang orang yang gue nominasikan adalah:
1. Siapa dirimu?
2. Dari kapan mulai ngeblog?
3. Kenapa bisa kenal dengan dunia blogging?
4. Isi blogmu apa aja? Jelaskan.
5. Kalo kamu patah hati, apa yang kamu lakukan? Alasannya?
6. Suka makan? Alasannya?
7. Keinginan terbesar?
8. Punya social media apa aja?
9. Kalo tiba-tiba ada yang ngajak kamu keluar negeri, mau gak?
10. Arti dunia ini menurutmu?
11. Pernah Fall in Love di Internet?


Dan orang-orangnya, adalaaaaaah:
1. Rany Dwi
2. Muhammad Agus
3. Lady Charinda
4. Red Carra
5. Adinda Putri
6. Hang
7. Wingnya Harsono
8. Tyaseta Sardjono
9. Firda Nurul
10. Howhaw
11. Titi Iskandar

Okay, finally finished.

Wednesday, January 21, 2015

A dark story.

Have you ever realize,
that there's a man,
stood behind everything.
Someone,
who wear suits and bathing the bucks,
and he could do everything?

In reality, he's far more terrible than demons.

If you comprehend well the theory of conspiracy,
you will realize.

He controls the market,
all over the world.
He choose which person suits to be a president,
or a king,
or anything that fits to his ego.
He caused the war.
And it become worse.

He funded both side of  wars.

He watch every single movement of all people.
He holds the records of your tickets,
credit cards,
medical records,
trip records,
and even your phone.

I have no idea why.

But in my mind,
he's nobody but a psycopath.
He did everything,
just for satisfying his imaginary happiness.

Hahaha...

Open your eyes, dude.
He's watching you right now.

You don't believe me?
Think deeper.
Who the hell is the person that persuade the scientist,
to engage the research of Internet?

Sebuah cerita gelap.

Pernahkah kau menyadari,
bahwa ada seseorang,
berdasi,
dan ia bisa mengendalikan semuanya?

Namun, ia lebih jahat daripada Iblis.

Kalau kalian paham teori konspirasi,
kalian pasti akan sadar.

Ia bisa seenaknya menaikkan harga pasar.
Ia yang memilih Pemimpin Negara yang akan di lantik,
di negara manapun yang ia mau.
Ia yang menyebabkan peperangan,
dan yang lebih buruk lagi,
ialah yang mendanai dua sisi peperangan.

Ia memantau seluruh pergerakan manusia,
dengan chip kecil dalam tubuhmu.
Ia memiliki catatan lengkap riwayatmu,
tagihan kreditmu,
jejak perjalananmu,
dan bahkan,
ia menyadap setiap koneksi teleponmu.

Entah mengapa ia melakukan itu.

dalam pikiranku,
ia hanya seorang psikopat,
yang melakukan semuanya,
demi kesenangan imajinernya belaka.

Hahaha...

Sadarlah.

bahkan ketika kau membaca tulisanku ini,
ia sedang melihatmu.


Tak percaya?
Kau kira,
siapa yang menghasut para peneliti untuk menciptakan Internet?

#RuangKosong

Thursday, January 15, 2015

Sebuah sajak untuk Pak Tua.

Di balik senyummu,
kau pikul beban berat, yang makin mengikat.
Wajar berada,
santai bersiul, tanpa pernah senyum terlipat.

Tak berhenti, melangkah maju,
meniti jalan berbatu.
Menggali demi segenggam emas,
Memetik demi sepikul kapas.
Semuanya,
demi senyum bahagia, anak istri tercinta.

Seringkali terlupa oleh kami,
perjuanganmu yang tak terhina.
Yang umpama laksamana mendaki ombak,
takkan tergoyahkan dan menjumpa rana.

Di balik kerasnya fisikmu,
tersimpan hangat kasihmu.
Betapa durhakanya anakmu,
tak pernah sebabkan dendammu.

Sering terabaikan guratan keriputmu,
yang mengukir sejarah di wajah tuamu.

Berpeluh,
berdarah.
Cemas hati akan keluarga di rumah.

Dan akhirnya,
hanya sebait doa yang dapat ku kirimkan,
demi selamat, dan tenangmu dalam aman,
yang akan mengantar dirimu,
Padaku.

Terima kasih,
Ayah!

#RuangKosong

Monday, January 5, 2015

If only you know my feelings on you, dear...

Kemarin aku memimpikanmu.
namun mimpi kali ini begitu aneh.
berbeda dari mimpi mimpi sebelumnya.

dalam mimpi ini,
kita berdua berada di sebuah pernikahan.
tidak,
bukan pernikahan kita berdua.
itu pernikahanmu.
ya, benar-benar pernikahanmu.
entah bagaimana saat itu kita berada di rumahmu.
dan aku berada di antara keluargamu.
atau sanak familimu..
apalah mereka

sanak familimu menangis terharu.
dan buruknya,
aku berada di antara mereka.
dan aku, menangis tersedu.
melihatmu yang akan menikah,
namun bukan dengan ku.
dan kemudian,
ku lihat engkau menangis.

awalnya,
kukira engkau menangis karena terbawa suasana
sendu
haru
dan hal-hal sial lainnya
namun aku merasa,
kau menangis karena pernikahanmu.
Aku tak tahan,
lantas aku pergi dari rumah itu.

Tiba-tiba,
kau datang menemuiku.
Dengan pandangan matamu yang sedih dan berurai air mata,
kau menatapku sejenak.
Apa maksud mimpiku ini?
Entahlah.
mungkin hanya Pak Tua itu yang tahu.


Tahun Baru Pukul Satu.

Pandeglang, satu pagi.

Hari ini,
ku langgar satu sumpahku.
Yah, saat kutulis ini,
sebatang rokok terselip di antara jemariku.

Tidak.
Aku tentu tidak membelinya.
Prinsip itu tetap ku pegang.
Buang-buang uang saja.

Benda ini dari seorang kawan.
Tak perlulah kuceritakan bagaimana,
atau mengapa.
Itu tak penting.

Aku hanya menghindar.
Menghindar dari kemungkinan yang lebih buruk.
Karena di sini,
awan tercipta dari asap tembakau.

Lantas,
kuambil kembali benda itu.
Sama seperti dulu.
Ya.
Sama.

Perlahan, benda ini mengingatkanku pada Ayah.
Tidak terlalu, memang.
Tapi udara malam yang berteman awan tembakau,
yang berlembabkan uap kopi,
menghipnotisku begitu saja.

Sudahlah,
mungkin hanya aku saja yang terlalu gundah.

#ruang kosong
1 Januari,
Happy New Fear.

31 Desember, masih 2014.

11 malam.

Hari Terakhir Tahun Ini.

Semalam aku memimpikan Adinda.
Tentu aku senang.
Dirimu datang dengan terang.
Seperti biasa.

Tapi ada satu hal yang mengganjal.
Adinda seperti menangis.
Kau sekati wajahmu dari udara dengan tangan.

Ya,
seperti menangis.
Hingga kurasa,
Adinda menangis karena diriku.
Benarkah itu?
Apakah aku terlalu kotor?
Entah.
Hanya Tuhan yang tahu.

Di bawah langit Pandeglang.

Di sini,
berdiri aku memandang langit.
Khawatir akan adinda,
yang laksana Buah Ranum Terakhir.

Khawatir sepertiku pula kawanku seorang Madura.
Ngantuk.
Letih.
Takluk.
Cemas.
Lemas.
Heran.

Kenapa Harus di sini?
Tak bisakah jarak di antara kita,
hanya selemparan batu saja?
Berdosakah aku,
bila aku egois,
hanya mendoakanmu seorang?

Aku mungkin ahli bermain kartu,
berdebat,
tekno,
gitar,
dan apapun lainnya.

Semua telah kulakukan.
Bagaimana?
Kujalani saja.
Sederhana.

Tapi,
aku justru tak berdaya,
melawan pesonamu,
yang menekuk hati dan jiwaku,
padamu!

#Merry Bitchmas 25.12

Monday, December 15, 2014

Hari ini Lima Puluh Tahun Lalu.

15 Desember 2014

Pada hari ini Lima Puluh Tahun Lalu,
seseorang lahir.
Dunia tak tahu, memang.
Iya, ku akui itu.

Dunia tak tahu.
Dan tak akan pernah tahu,
atau lebih tepatnya, dunia tidak perlu tahu.

Dunia takkan kekurangan apapun,
bila tak ada dia.
Memang.

Tapi duniaku,
takkan pernah ada tanpa hadirnya.

Malam mengakrabi dirinya.
Seumpama Jarum Menit dengan Jarum Jam.
Bekerja,
dari dhuha hingga ayam berkokok.
Tak beristirahat.
Tak pernah lelah.
Tak pernah berhenti merokok.
Kuat,
tapi rapuh.

Perkenalanku dengannya,
hanyalah seperti daun teratai.
Tak luas,
dan tak pula kuat menopang.

Ia kenalkanku pada malam,
yang akhirnya ku puja.
Lantas, malam pulalah yang menjemputnya.

Pada akhirnya,
semuanya akan sama.
Malam merindukan suasana sunyi.
Tanpa hadirnya,
orang-orang pengganggu.
Hening.
Tenang.
Tak terganggu.

Tak terlalu baik pula ia terjemput.
Menyisakan beban, menjauhkan hati.
Dan akan selalu berakhir sama,
hal yang dirindukan akan diambil segera.

Orang perkasa itu dijemput oleh fajar.
Hal yang sekian lama dihindarinya.
Justru berbalik menemuinya.

Mataku kosong saat itu.
Tapi, tak mengapa.
Itu tak berpengaruh bagiku.

Semoga kau selalu baik,
Pak Tua.

In memoriam,
quelqu'un qui reflète la lune.
Jumari Angga Adhi Chandra.



Tuesday, December 9, 2014

Elegi Orang Tua - Senja Renungan

Apakah kau pernah bersyukur,
disamping mengeluh,
tentang betapa kakunya orang tuamu?
Pernahkah kau menyeka,
keringat letih Ayahmu setelah bekerja?

Yang rela mati untukmu.
Yang menangis di belakang wajahmu,
agak tak malu dirimu karenanya.
Yang tetap tersenyum,
mengabaikan betapa mengesalkannya dirimu,
saat meminta ini-itu?

Berapa kali kau menangis memohonkan ampun untuknya?
Pantaskah kau meninggikan nada bicaramu padanya?
Dengan alasan bahwa ia galak memarahimu,
kau bantah segala ucapannya.

Padahal,
ia selalu menangis menyalahkan diri sendiri,
setelah memarahimu.
"Mengapa aku marahi anakku?"
Itulah pertanyaan dalam pikirannya.
Pernahkah kau sadar,
berapa kali kau menyakiti hati orang tuamu?

Sebelum terlambat,
datanglah padanya.
Mintalah maaf dan ridhanya.
Sebab aku kesal,
karena kalian tak tahu diri,
Menyia-nyiakan waktu bakti kalian pada Orang Tua.

Teruntuk Almarhum Ayah,
Terima kasih sudah mau mengenalkanku pada dunia yang rusak ini.
Ibu,
Terima kasih, atas kesediaanmu membesarkanku menjadi seperti ini,
dan bertahan sekian lama bersama Ayah.

9 Desember.
at Ruang Kosong.



Elegi Orang Tua - Siang Bergejolak

Apa kabar Ayah, wahai Tuhanku?

Dahulu,
engkau kirimkan ia,
pada Ibuku yang gadis.

Aku.
Akulah yang  teranggap sebagai anak mereka.
Tapi,
bila dosa terus mengalir pada Ayahku,
dan duka nestapa menghentak Ibuku,
alangkah baiknya, engkau tak pernah mengijinkanku,
untuk lahir, wahai Tuhanku.

Hinaku,
tanpa saudara bagiku.
Menghitamkan mataku yang telah sayu.
Angkara,
Ingin ku tebas kepalanya dengan kayu.

Lantas,
aku akan menjadi Ayah bagi anakku kelak.
Tapi bagaimana nanti?
Seorang pastilah meniru,
apa yang Ayahnya perbuat.
Sedangkan aku?
Dimana Ayahku?

Mungkin semua ini,
hanyalah karena aku iri padamu.
Kau bahagia, aku berduka.
Kau tertawa, aku sengsara.
Namun, tahukah kalian?
Mengapa aku berkata begini?

Bagian ketiga
Elegi Orang Tua - Senja Renungan