Saturday, January 24, 2015

dear,

Hampir lupa, aku. Pada wonder woman kehidupanku, Pahlawan sesungguhnya, yang tak pernah berhenti maju berjuang. Berhati baja, bermental Srikandi. Maju, cantik, tak terganti. Andai segunung emas disodor, aku tak peduli. Setan pun tak peduli. Jangan, Malah kau langgar. Pengharum, kertas, bedak, tak terlalu mengakrabi dirinya. Karena ia wanita susila. Selalu terjaga di hati, takkan oernah pergi. Selamat...

Mimpi jauh tak mencari

Jutek, kilauan pesona sosialis, jatuhan peluk orang jelek. Kata-kata tak pernah memeluk adinda. Yang terbang mengawang, bening laksana kaca. Tak dinyana, aku memimpikanmu. Indah, terpaku pada sesuatu. Kita berkumpul dalam mimpi, sedang berada dalam ruang para pengaji. Kau berbaring, membaca buku, yang begitu memang sering. Tergurat kebahagiaan pada wajahmu. Ataukah hanya diriku yang terlalu bahagia...

Friday, January 23, 2015

Liebster Award

Uuh... Liebster Award? Apa itu? Kalau dikutip dari ucapan-ucapan Blogger yang udah pernah kena semprot sama Liebster Award ini, Liebster Award adalah sejenis penghargaan yang diberikan secara berantai oleh seorang Blogger kepada Blogger lain, dengan tujuan yang untuk mempererat tali persaudaraan.So, Deep Regards to Bro Esto yang udah memberikan kesempatan untuk ikut serta di Award yang unique ini. Rules...

Wednesday, January 21, 2015

A dark story.

Have you ever realize, that there's a man, stood behind everything. Someone, who wear suits and bathing the bucks, and he could do everything? In reality, he's far more terrible than demons. If you comprehend well the theory of conspiracy, you will realize. He controls the market, all over the world. He choose which person suits to be a president, or a king, or anything that fits to his ego. He...

Sebuah cerita gelap.

Pernahkah kau menyadari, bahwa ada seseorang, berdasi, dan ia bisa mengendalikan semuanya? Namun, ia lebih jahat daripada Iblis. Kalau kalian paham teori konspirasi, kalian pasti akan sadar. Ia bisa seenaknya menaikkan harga pasar. Ia yang memilih Pemimpin Negara yang akan di lantik, di negara manapun yang ia mau. Ia yang menyebabkan peperangan, dan yang lebih buruk lagi, ialah yang mendanai dua...

Thursday, January 15, 2015

Sebuah sajak untuk Pak Tua.

Di balik senyummu,kau pikul beban berat, yang makin mengikat.Wajar berada,santai bersiul, tanpa pernah senyum terlipat.Tak berhenti, melangkah maju,meniti jalan berbatu.Menggali demi segenggam emas,Memetik demi sepikul kapas.Semuanya,demi senyum bahagia, anak istri tercinta.Seringkali terlupa oleh kami,perjuanganmu yang tak terhina.Yang umpama laksamana mendaki ombak,takkan tergoyahkan dan menjumpa...

Monday, January 5, 2015

If only you know my feelings on you, dear...

Kemarin aku memimpikanmu.namun mimpi kali ini begitu aneh.berbeda dari mimpi mimpi sebelumnya.dalam mimpi ini,kita berdua berada di sebuah pernikahan.tidak,bukan pernikahan kita berdua.itu pernikahanmu.ya, benar-benar pernikahanmu.entah bagaimana saat itu kita berada di rumahmu.dan aku berada di antara keluargamu.atau sanak familimu..apalah merekasanak familimu menangis terharu.dan buruknya, aku berada...

Tahun Baru Pukul Satu.

Pandeglang, satu pagi.Hari ini,ku langgar satu sumpahku.Yah, saat kutulis ini, sebatang rokok terselip di antara jemariku.Tidak.Aku tentu tidak membelinya.Prinsip itu tetap ku pegang.Buang-buang uang saja.Benda ini dari seorang kawan.Tak perlulah kuceritakan bagaimana,atau mengapa.Itu tak penting.Aku hanya menghindar.Menghindar dari kemungkinan yang lebih buruk.Karena di sini,awan tercipta dari asap...

31 Desember, masih 2014.

11 malam.Hari Terakhir Tahun Ini.Semalam aku memimpikan Adinda.Tentu aku senang.Dirimu datang dengan terang.Seperti biasa. Tapi ada satu hal yang mengganjal.Adinda seperti menangis.Kau sekati wajahmu dari udara dengan tangan. Ya, seperti menangis.Hingga kurasa,Adinda menangis karena diriku.Benarkah itu?Apakah aku terlalu kotor?Entah.Hanya Tuhan yang ta...

Di bawah langit Pandeglang.

Di sini, berdiri aku memandang langit. Khawatir akan adinda, yang laksana Buah Ranum Terakhir. Khawatir sepertiku pula kawanku seorang Madura. Ngantuk. Letih. Takluk. Cemas. Lemas. Heran. Kenapa Harus di sini? Tak bisakah jarak di antara kita, hanya selemparan batu saja? Berdosakah aku, bila aku egois, hanya mendoakanmu seorang? Aku mungkin ahli bermain kartu, berdebat, tekno, gitar, dan apapun...

Monday, December 15, 2014

Hari ini Lima Puluh Tahun Lalu.

15 Desember 2014 Pada hari ini Lima Puluh Tahun Lalu, seseorang lahir. Dunia tak tahu, memang. Iya, ku akui itu. Dunia tak tahu. Dan tak akan pernah tahu, atau lebih tepatnya, dunia tidak perlu tahu. Dunia takkan kekurangan apapun, bila tak ada dia. Memang. Tapi duniaku, takkan pernah ada tanpa hadirnya. Malam mengakrabi dirinya. Seumpama Jarum Menit dengan Jarum Jam. Bekerja, dari dhuha hingga...

Tuesday, December 9, 2014

Elegi Orang Tua - Senja Renungan

Apakah kau pernah bersyukur, disamping mengeluh, tentang betapa kakunya orang tuamu? Pernahkah kau menyeka, keringat letih Ayahmu setelah bekerja? Yang rela mati untukmu. Yang menangis di belakang wajahmu, agak tak malu dirimu karenanya. Yang tetap tersenyum, mengabaikan betapa mengesalkannya dirimu, saat meminta ini-itu? Berapa kali kau menangis memohonkan ampun untuknya? Pantaskah kau meninggikan...

Elegi Orang Tua - Siang Bergejolak

Apa kabar Ayah, wahai Tuhanku? Dahulu, engkau kirimkan ia, pada Ibuku yang gadis. Aku. Akulah yang  teranggap sebagai anak mereka. Tapi, bila dosa terus mengalir pada Ayahku, dan duka nestapa menghentak Ibuku, alangkah baiknya, engkau tak pernah mengijinkanku, untuk lahir, wahai Tuhanku. Hinaku, tanpa saudara bagiku. Menghitamkan mataku yang telah sayu. Angkara, Ingin ku tebas kepalanya dengan...

Elegi Orang Tua - Pagi Beranjak

Aku dipukul. Sakit. Lantas aku menangis. Tapi, aku tidak menangis, karena sakitnya pukulan. Tak ada Ayah. Itu lebih menyakitkan dari pukulan. Tak ada yang berdiri membelaku. Tak ada yang membantuku, memperbaiki apa salahku. Tak ada yang meyakinkanku, atas apa yang ada dalam pikiranku. Dimana Ayah? Hanya Ibu seorang. Matahariku, yang mulai redup terkikis angin. Manusia paling perkasa. Pelindungku. Bermental...

Lapar

Lapar. Ketika harimau dalam perutku, berteriak minta daging. Daging. Daging? Itu bukan untukku. Itu barang mewah. Hanya bangsawan, yang biasa menikmatinya. Cambuk. Cambuk Raja. Aku takut dicambuk Raja. Tidak. Aku tidak takut Raja. Aku hanya takut, bila tubuhku yang bagus ini, terjelekkan oleh bekas cambuk Raja. Dan akhirnya, disinilah aku. Tak berdaya melawan kesombonganku. Lapar, tak berani makan. Ingin...

#nugt, pray.

Tuhanku, Allah. Aku takut akan hal buruk, yang mungkin akan menimpanya. Aku takut atas kuasa jahat, yang mencoba melawan perlindunganmu. Tolong aku, wahai Tuhanku, yang mencipta dan menguasai bumi dan langit, beserta segala isinya. Jagalah ia, Kumohon. 8 Dec.  at Ruang Kosong. Panik setelah menyadari kemungkinan terburuk....

#nugt, part 3 - sajak petarung

Amboi. Mataku tersisa lima watt. Tak paham sebabku, masih bisa bertahan. Kemarin,  kulihat rembulan duduk, di atas kursi merah. Kau terang, dan membuat tenang. Itulah dirimu apa adanya. Awalnya tak kusangka, memang, namun melihatmu sebegitu dekatnya, membuat hatiku terbang. Jiwaku meremang, hanya karena berada di dekatmu, yang berbalut nuansa muda. Karenanya, seuntai doaku, selalu kukirimkan...

#nugt, part 2 - ruang kosong

Aku melihatmu. Jelas, seperti cerahnya matahari di ufuk timur. Tampak berkilau, laksana zamrud yang tersimpan, di kantung pedagang Cina. Aku disini, hanya diam. Terbayang dirimu, yang melenggang anggun disana. Dan akhirnya, semua hadirin ini,  kuabaikan. Rasanya hanya aku yang duduk disini, dan dirimu yang duduk disana. Kita ada disini, bagai di ruang kosong. Karena, hanya kita disini. Ya, hanya...

Sunday, December 7, 2014

Rasis

Aku terjebak. Duhai durjana. Sempit, Sesak. Terjebak di antara Aborigin, Tiong, Batak, Sunda, Jawa, bahkan Timur dan Barat. Tak ada Malay. Kenapa?  Tak tahulah. Masa bodoh. Kawanku seorang Malay, pergi menghadap Tuhan. Umrah jauh di ujung mata. Tak ada pula Arya. Padahal, ada kerabatku seorang Pashtun, namun ia bercakap perkataan Arya. Tapi bagaimanapun jua, nestapa tak mempertemukanku dengan...

Tuesday, December 2, 2014

A

Entah mengapa, aku tertarik padamu. Tertarik pada halusnya senyummu yang terkembang. Tertarik pada sintalnya tubuhmu yang terpampang. Tertarik pada kerlingan matamu yang menggoda. Seharusnya aku tidak tertarik padamu sejauh ini. Lihat saja, bahkan perbedaan di antara kita sanggup menumbuhkan seorang remaja. Kau sudah tertempa, aku baru tercetak. Kau sudah mengangkasa, aku baru merangkak bumi. Entah...